Tetesan
air hasil konversi uap yang membentuk awan tiba-tiba menyergap di sekeliling
perkebunan teh di wilayah desa Tarumajaya kabupaten Bandung sesaat setelah kami menyantap
hidangan siang itu. Dengan sigap kami menyiapkan segala peralatan antisipasi
atas efek yang bisa ditimbulkan oleh tetesan air tersebut. Gianto memakai ponco
ala tentara yang hendak masuk rimba, aku memasang cover bag avtech, Diah nyaman dengan raincoat birunya, sementara
Lisna menantang sang cuaca dengan pakaian lapangan berbadge Astacala kebanggaannya.
Perlahan kami menambah ketinggian dihari itu hingga kami
memutuskan untuk ngecamp di
ketinggian sekitar 2000 mdpl, lebih beberapa meter dari target yang telah
disepakati. Sesuai kesepakatan, materi kali ini adalah bivak perorangan. Ya,
kami berada di kawasan gunung papandayan, lebih tepatnya punggungan gunung
kendang ini dalam rangka latihan Gunung Hutan (GH). Tak sulit bagi mereka
mendirikan bivak dari ponco, sebuah ingatan seperti terputar kembali di benak
mereka. Suatu masa ketika mereka meniti langkah untuk menjadi keluarga besar
Astacala.