“Gunung Tambakruyung? Dimana tuh…?”
Mungkin kalimat tanya itu yang akan terdengar ketika seseorang mengatakan
hendak mendaki gunung dengan ketinggan 1994 mdpl itu. Tambakruyung, sebuah
puncakan yang terletak di daerah administrasi kecamatan Ciwidey, Kabupaten
Bandung ini memang kurang terkenal di kalangan penggiat alam secara umum.
Strukturnya yang terjal dan jalur yang samar bahkan nyaris hilang serta banyaknya
percabangan menjadi salah satu faktor mengapa gunung Tambakruyung jarang
didaki.
Transportasi
untuk menuju ke sana tidak terlalu menguras kocek. Dari terminal Leuwi Panjang
anda dapat menumpang bis atau elf jurusan Ciwidey dengan biaya sekitar Rp.
10.000 (tarif berlaku ketika bahan bakar premium seharga Rp. 6.500). Sampai di
terminal Ciwidey anda dapat melanjutkan perjalanan dengan menyewa ojek berbiaya
sekitar Rp. 20.000 atau bila tim anda terdiri dari banyak orang, anda dapat
menyewa angkot dengan biaya sekitar Rp. 65.000.
Titik awal pendakian dapat ditempuh dari beberapa tempat. Semua tergantung dari perencanaan anda. Anda bisa melalui Desa Sukamanah atau Desa Alamendah. Tinggal pilih jalur yang sesuai dengan rencana operasional anda.
Jalur-jalur
yang menuju puncak Tambakruyung mempunyai karakteristik yang hampir sama, yaitu
dominasi pohon-pohon besar, belukar yang lebat, kontur yang terjal, serta jalur
setapak yang timbul tenggelam bahkan kadang hilang sama sekali. Nah, disitulah
letak kenikmatan mendaki Tambakruyung. Ilmu navigasi alam bebas anda mutlak
harus secanggih perangkat GPS.
Sensasi yang
membedakan Tambakruyung dari gunung-gunung lain versi saya antaralain kemampuan
navigasi kita lebih tereksplor di tempat ini. Selain itu Tambakruyung
menyajikan aroma petualangan yang lebih. Jarangnya orang yang mendaki gunung
tersebut membuat kita seolah berada di hutan antah berantah yang masih alami
dengan udaranya yang segar serta vegetasinya yang lebat.
Beberapa
waktu lalu saya menyambangi puncak Tambakruyung bersama empat sahabat saya dalam
rangka pendidikan lanjut gunung hutan. Kami mengambil titik start pendakian di
dusun Pasir Koang, desa Sukamanah, Ciwidey. Sebelum mendaki, kantong-kantong
air yang dibawa harus terisi penuh karena melihat dari topografi di peta, akan
sulit mendapatkan air di punggungan yang akan didaki.
Diawal-awal pendakian,
kami disuguhi pemandangan kebun kopi milik warga. Menurut paparan warga yang
kami temui, sebenarnya perkebunan kopi itu termasuk dalam wilayah Perhutani.
Mereka boleh menanam kopi di tempat tersebut dengan syarat berbagi hasil panen
dengan pihak Perhutani. Mungkin hal tersebut yang menjadi salah satu faktor
berkurangnya lahan hutan alami di kawasan Ciwidey itu.
Selepas perkebunan, vegetasi yang
mendominasi berganti semak belukar dan pepohonan khas hutan tropis yang semakin
kami menambah ketinggian semakin rapat. Jalan setapak yang sedari awal kami
ikuti perlahan menghilang ditelan lebatnya semak belukar. Alhasil kami harus
semakin intens bernavigasi ria.
Puncak
Tambakruyung landai, sempit dan memanjang kea rah selatan. Kontur di sisi-sisi puncakan
tergolong terjal, kira-kira 60 sampai 80 derajat. Lahan untuk mendirikan camp
hanya dapat digunakan 1 atau 2 tenda ukuran 4 orang saja. Dari puncak
Tambakruyung ini anda dapat menyaksikan lebatnya hutan Ciwidey dengan
gunung-gunung kecil seperti gunung Wayang, Tilu, atau kolalok yang seolah
berbaris membentuk shaft yang rapi.
Jalur turun
yang kami pilih adalah melalui punggungan yang mengarah ke desa Alamendah.
Bergerak lurus ke selatan. Pada jalur ini anda harus lebih berhati-hati dan
waspada. Lebatnya semak dan pepohonan serta banyaknya jalur yang ditinggalkan
oleh para penebang pohon menambah tingkat kesulitan anda untuk menuruni
Tambakruyung. Anda akan lebih sering melakukan analisa kontur saat menuruni
Tambakruyung.
Jika anda
berminat untuk mendaki gunung Tambakruyung, saya menyarankan untuk memantapkan
ilmu navigasi anda. Selain itu anda juga disarankan membawa perbekalan air yang
banyak dengan estimasi untuk tiga hari mengingat jalur menuju puncak yang minim
sumber air. Terakhir, anda disarankan membuat api unggun di camp anda saat
malam karena menurut warga, di wilayah hutan Ciwidey merupakan habitat dari
kucing hutan, ular, babi hutan, dan kera liar.
No comments:
Post a Comment