Sepertinya beberapa satuan waktu silam
media blog ini berisikan tentang petualangan, pengalaman menembus bentang alam,
ataupun kisah tentang bekerjanya adrenalin lebih keras dari biasanya. Bagaimana
kalau kali ini kita meracau kacau tentang rembulan dan pemulung sinarnya?
Setujukah kalian semua? Bagaimana? Hahahaha...terserah kalian terkait pemikiran
kalian tentang kata setuju atau tidak. Asal kalian tahu, aku sedang ingin, teramat
ingin mungkin, membuat tulisan mengenai kisah murahan itu, yang sialnya
terinspirasi dari alur peran kehidupan yang terjalani oleh badan ini. Bukan
untuk menunjukan apa-apa, hanya agar ruangan yang mengatur perasaan dan logika
yang tertanam entah dimana dalam bagian tubuh ini sedikit lega, tidak sumpek seperti
jalan-jalan ibukota yang tiap harinya diserbu berbagai jenis kendaraan berbahan
bakar fosil yang pada akhirnya membuat ibu bumi kita menangis.
sebuah kapal akan aman bila tertambat di dermaga. tapi bukan untuk tujuan itu sebuah kapal dibuat
Wednesday, November 27, 2013
Thursday, November 14, 2013
Pengalaman tersesat di gunung, ternyata tersesat memiliki sisi lain
Mendaki
gunung dan camping merupakan kegiatan
yang amat menyenangkan (setidaknya bagi saya) namun juga berbahaya. Mungkin
kalian pernah mendengar beberapa accident
ketika mendaki gunung semisal tersesat, terjatuh, atau bahkan terkena gas
beracun. Semua itu bisa jadi malaikat pencabut nyawa bagi para pendaki. Bisa dikatakan
menjadi resiko yang harus di tanggung untuk kepuasan dan penyaluran hobby.
Tersesat,
ya...tersesat. Saya pernah mengalaminya beberapa kali dalam kegiatan alam liar.
Setiap ketersesatan mempunya rasa yang berbeda-beda, namun sama sama
menakutkan. Saya pertama kali merasakan tersesat di hutan ketika saya melakukan
pendakian pertama saya di Gunung Gede. Waktu itu saya masih kelas 2 SMA dan
ketika itu saya masih buta dengan seluk beluk kegiatan mountaineering.
Subscribe to:
Posts (Atom)