Tuesday, May 21, 2013

Romantika di pegunungan tenggara ibukota


Sepertinya mobil yang ku tunggu tiba. Mini bus silver dengan kaca di samping supir yang terbuka berjalan lambat menyelinap disela-sela kendaraan yang terparkir, mencari tempat yang telah kami sepakati sebagai meeting point. Dan tampak dari kejauhan mobil itu berhenti di sebuah warung yang berada di area parkir kawasan cibodas, tempat pendaki biasa beristirahat sebelum memulai pendakian. Tak lama kemudian, beberapa orang keluar dari mobil itu. Salah satunya adalah seseorang yang membuat udara dingin malam itu mendadak hangat dan suasana malam yang riuh oleh celotehan para pendaki menjadi terasa hening di telingaku. Seseorang yang telah lama ku nanti sosoknya dengan sorot mata sayu yang mampu menyelami setiap seluk kehidupan. Seseorang yang dengan ajaib memaksa kornea mataku menjadi seperti teropong senapan seorang penembak jitu yang tak akan melepaskan jangkauan lensa dari intaiannya. Seseorang yang mampu memutar arah angin hingga menuju ke sisi barat.

eidelweiss dengan kompas dan embun yang menggantung