Thursday, November 14, 2013

Pengalaman tersesat di gunung, ternyata tersesat memiliki sisi lain



                Mendaki gunung dan camping merupakan kegiatan yang amat menyenangkan (setidaknya bagi saya) namun juga berbahaya. Mungkin kalian pernah mendengar beberapa accident ketika mendaki gunung semisal tersesat, terjatuh, atau bahkan terkena gas beracun. Semua itu bisa jadi malaikat pencabut nyawa bagi para pendaki. Bisa dikatakan menjadi resiko yang harus di tanggung untuk kepuasan dan penyaluran hobby.
                Tersesat, ya...tersesat. Saya pernah mengalaminya beberapa kali dalam kegiatan alam liar. Setiap ketersesatan mempunya rasa yang berbeda-beda, namun sama sama menakutkan. Saya pertama kali merasakan tersesat di hutan ketika saya melakukan pendakian pertama saya di Gunung Gede. Waktu itu saya masih kelas 2 SMA dan ketika itu saya masih buta dengan seluk beluk kegiatan mountaineering.
                
 
ketersesatan memiliki sisi lain


                 

                Alkisah awalnya kami ber enam sudah dilarang oleh jagawana Gunung Gede untuk mendaki malam itu karena cuaca di atas sedang buruk. Namun kami membandel dan menyelinap masuk kawasan ketika sang jagawana tertidur, maklum masih SMA, pikirannya belum matang. Alhasil kami bisa mendaki meski jalur memang sedang ditutup. Kami sempat mendirikan tenda di dekat jalur (saya lupa tepatnya dimana) dan tidur. Nah, disitu kami baru tahu kalo tenda yang kami bawa tidak ada framenya. Frame tenda kami tertinggal ketika kami packing di rumah. Namun itu tidak menyurutkan semngat kami mencapai puncak Gunung Gede.
                Kami terus berjalan mendaki esok harinya. Semakin tinggi kami mendaki, cuaca semakin tidak bersahabat. Kabut mulai menutupi pandangan kami ber enam. Sesampainya di pinggir kawah, datanglah angin kencang yang disertai hujan gerimis. Kami tidak bisa berlindung di balik pepohonan karena memang sudah melewati batas vegetasi. Entah mendapat ilham dari mana, kami berlindung dengan hanya berselimut ponco. Bisa kalian bayangkan bagaimana dinginnya di puncak gunung dengan keadaan basah, tidak bergerak, dan diterpa badai. Kami baru melanjutkan perjalanan ke Surya Kencana ketika badai sedikit reda.
                Sesampainya di Surya Kencana, kabut masih menutupi sekeliling. Hanya ada dua rombongan di sana. Kami membuat shelter dengan tenda doom tanpa frame dan membuat camp cadangan denga terpal. Ketika hujan datang malam harinya, camp doom segera menjadi kolam dan segera kami tinggalkan menuju camp terpal. Semalaman itu kami tidak bisa tidur. Kami mulai berfikir tentang hal buruk apa lagi yang mungkin bisa menghajar kami nanti.
                Keesokan harinya kami tidak punya pilihan selain turun. Kondisi fisik yang melemah merayu kami untuk menuruni jalur Putri yang notabene lebih cepat meski kami belum ada yang pernah melaluinya. Kabut masih menyelimuti Surya Kencana. Jarak pandang hanya sekitar 3 meteran. Ketika kabut menjauh sebentar, dengan jelas saya melihat sesosok anjing mirip srigala putih besar. Entah apa itu, apakah makhluk nyata atau makhluk dari alam lain. Saya tidak mau tahu. Kami terus berjalan lurus. Seharusnya diujung Surya Kencana, jalan menuju jalur Putri agak berbelok ke kiri, namun karena kabut yang sangat tebal kami tetap lurus mengikuti jalan yang sepertinya ada namun sebenarnya tiada.
                Kami baru sadar bila kami tersesat ketika jalan yang kami ikuti perlahan mnghilang dan berganti dengan semak lebat. Kamipun kehilangan jalur untuk kembali ke Surya Kencana. Disaat itulah terlihat sekali wajah-wajah penuh ketakutan. Terlintas dipikiran saya dosa-dosa yang pernah dilakukan, harapan cita-cita yang belum terlaksana, dan wajah-wajah orang terkasih. Seperti lembaran slide power point saat persentasi. Kamipun hanya diam dan tak tahu harus berbuat apa. Akhirnya slah seorang teman menganjurkan agar kami sejenak berdoa bersama meminta lindungan Allah SWT dan meminta maaf kepada siapapun yang merasa terganggu di Gunung ini.
                Setelah berdoa kami terus berjalan turun dan lebih awas lagi melihat penampakan medan di sekitar. hujan perlahan berganti gerimis. Perlahan kamipun melihat ada seperti bekas jalan. Lama kelamaan kami menemukan bungkus indomi berserak di tanah. Betapa senangnya kami melihat sampah kala itu. Siang beranjak menuju malam. Kami berjalan hanya dengan satu penerangan dan terus mengikuti jalaur tipis yang kami temukan. kami berjalan terus tanpa istirahat dan baru sampai di batas ladang sekitar pukul 02.00 pagi. Kelelahan, keram, kedinginan menyelimuti kami. Kami tak sanggup lagi berjalan dan akhirnya tertidur dislimuti pohon pisang yang kami tebas hingga pagi menjelang. Sebangunnya dari tidur kami langsung menuju perkampungan. Betapa senangnya saya ketika selamat dari bahaya yang telah saya alami.
                Tersesat sangatlah membahayakan, namun ada sisi lain yang saya dapat dari peristiwa tersesat itu. Saya menjadi sadar betapa tak berdayanya kita terhadap kekuasaan Tuhan. Betapa lemahnya kita dihadapanNya. Selain itu saya baru merasakan yang namanya sahabat “sehidup semati” dalam arti sebenarnya. Dan yang terkhir, setelah peristiwa itu timbul minat dan niat saya untuk belajar tentang ilmu mountaineering agar bisa menikmati keindahan alam dengan aman. Alhasil sekarang saya telah menjadi anggota sebuah perkumpulan Pecinta Alam di kampus saya dan telah mendaki beberapa gunung.
                Semoga pengalaman ini dapat menjadi bahan pembelajaran untuk semua teman-teman yang senang berpetualang di alam bebas untuk mengutamakan safety prosedur dan menambah ilmunya di bidang kegiatan alam bebas agar kejadian seperti yang saya alami tidak kalian rasakan. Sumpah..., tersesat itu ngga enak banget. Salam.

3 comments:

  1. subhanallah sekali saudara muron ini...

    ReplyDelete
  2. pastinya pengalaman yang mencemaskan dan memacu adrenaline ya
    entah mengapa terkadang saya kangen dengan perasaan ada ditengah gunung sunyi,sepi,sendiri melihat keagungan tuhan

    nice story bro

    ReplyDelete
  3. Pengalaman yg hampir sama bro...saya dan 2 temen pas sampai surken itu udah hujan lebat,tenda rusak kudu pintar2 tancap,pasang,ikat itu tenda,alhamdulilah dari naik sampai turun di lindungi oleh Allah SWT

    ReplyDelete