Thursday, March 14, 2013

MINUTE TO MAHAMERU



24 desember 2012

13.00   Perlahan Jakarta tertinggal di belakang, dan menyusul satu demi satu gerbang kota-koa jalur pantura. Dia tertinggal, menyisakan aroma kenanga yang seharusnya menyerta.

25 desember 2012

03.00  Bus yang seharusnya menuju kota malang berhenti di solo. Aroma penelantaran menyeruak. Benar saja, kami dipindahkan ke bus local jurusan Surabaya. Tak seperti perjanjian di awal.

09.00   Penumpang terus bertambah mengisi sela-sela bus yang dapat diisi. Aroma kehidupan yang berbeda berupa kelakar, celoteh, dan bau pedesaan menyeruak seisi bus.

13.00  Bis menyusuri jalan antar kota di Pasuruan. Siluet Semeru menyergap gagah di tengah perjalanan dengan awan hitam menyertainya bagai selimut dalam kidung.

17.06  Sampai di pasar Tumpang. Kios-kios sayuran telah tutup, padahal belum nyetok sayuran dari Jakarta. Muter-muter ga jelas, akhirnya ngetok-ngetok kios berharap ada yang buka dan menjual sayurannya. Alhasil sukses walau sayurannya berbeda jenis dari yang ada di list. Selain pit stop logistik terakhir, disini juga tempat terakhir untuk melengkapi dokumen seperti fotokopi, materai, dan surat keterangan sehat.


17.45   Suara azan yang secara geografis lebih cepat dari Jakarta berkumandang. Tim masih ngegembel di Tumpang karena belum dapat angkutan.

18.03  Udah dapet tumpangan berupa jeep. Jeep mulai bergerak menuju desa terakhir, Ranu Pane. Jalan beralaskan batu tergelar membentang sepanjang jalan. Di bangun diatas punggungan yang tipis. Spooky but exotic. Semeru bersiluet, muncul disertai purnama.

20.00  Tiba di Ranu Pane. Disini pos terakhir untuk melapor. Sambil meregangkan otot-otot yang keram, kami membakar trangia dan membuat kopi. Menciptakan kehangatan di antara gigil yang menyeringai.

21.58     Bongkar muat, makan, terus tidur di pondok pendakian.

23.24  Suasana beranjak senyap. Rembulan masih anggun di angkasa, ditemani sebuah bintang kecil dan dilingkari cincin hasil bias cahaya dengan bulir uap air tipis yang mengapung. Bintang itu sendiri, ya… satu. Mencari gemintang lain dan mengajak untuk berpijar bersama. Ya…, memang sendiri. Bintang itu tunggal. Limbung, dingin, serta menyendiri. Dalam naungan cincin rembulan ia bertanya, apa salahnya mengajak bintang lain berpijar? Apa yang salah bila aku berpijar? Mengapa gemintang lain enggan untuk berpijar bersama? Semua hening, tak ada yang mau menjawab, ya…, tak ada suara. Dingin terus memonopoli suasana malam dengan egois. Bintang it uterus bersinar, hingga mentari memaksanya untuk tenggelam.

26 Desember 2012

08.00  Menu sarapan pagi ini adalah tumis toge, dadar telor, orek tempe. Perut kenyang, jalaaaaan…. Anggota tim belum pernah ada yang ke sini. Dengan bekal navigasi potong kompas, akhirnya tim menemukan jalan yang benar, hanya jalur yang dilalui bukan jalur yang umum orang lalui. Jalur ayeg-ayeg.

10.45   Break kedua. Ketinggia mencapai 2500 mdpl. “ada… cerita… tentang aku dan dia”. Bait lagu itu menelusup dari balik speaker handphone. Angin yang bergemuruh, awan yang berarak, aroma hijau, dan kontur perbukitan di depan pandang, membentuk seraut wajah yang sangat ku kenal. “teringat disaat kita tertawa bersama, ceritakan semua tentang kita”.

11.55     Ngopi dulu di jalur. Serasa ditonton barisan cemara yang seakan-akan ikut menari.

14.05  Setelah menuruni jalur yang terjal, biru perlahan mengintip dibalik hijau. Bersama kawanan kabut putih yang berkejaran. Ya.. Ranu Kumbolo. This is the real life.

14.30 Duduk sejenak di tepian Ranu Kumbolo. Menghirup nikmatnya aliran sang kabut dan hijau permukaan sang Kumbolo.

15.08   Hujan gerimis datang menyapa ditengah kesibukan kami membangun shelter. Tenda yang memang tidak waterproof menghasilkan rembesan air, tapi tak lama karena tim sigap untuk membenahi syarat tidur malam nanti. Malamnya, entah mengapa margarine yang digunakan tidak kunjung panas. Alih-alih ngemil bakwan, malah makan terigu setengah matang. Overall sungguh menyenangkan menatap danau Ranu Kumbolo sembari santap malam.

22.00   Api unggun menyala kembali. Ranu Kumbolo menyalak langsung di hadapan tanpa haling. “kamulah satu-satunya…” suara Once diiringi music Dewa 19 menjadikan mala mini semakin aneh. Aneh, karena tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Namun tetap kunikmati malam di depan hangatnya api unggun. Berharap ada seseorang menemani, bakar sosis, berkelakar, ya… suatu saat nanti.

27 Desember 2012

10.00  Leha-leha memuaskan hati akan pemandangan Ranu Kumbolo dikala pagi. Foto-foto? Tetep. Sambil masak dan bongkar tenda. Ini yang bikin lama, akhirnya jam 10 baru jalan.

10.15    Tanjakan Cinta, speechless. Bertekad dalam hati tidak akan menoleh ke timur sambil menyebut satu nama dalam hati. Memecahkan mitos.

11.00     Oro-oro ombo

15.00   Di sebuah papan tertulis “kalimati”. Hmmmm… terdengar spooky memang, tapi jauh beda dengan kenyataannya. Kalimati, tempat dimana rumput dataran tinggi yang menguning tumbuh diapit daerah hutan pinus. Terlihat beberapa tenda telah berdiri diantara pepohanan. Samar-samar mahameru dengan pasirnya tersingkap di balik kabut yang semakin berlari menjauhi puncaknya. Jika diibaratkan gunung Gede Pangrango, kalimati selayaknya lembah Surya Kencana ataupun Mandalawangi. Bisa di bayangkan bagaimana dinginnya di Kalimati.

23.30   Tim bersiap berangkat summit attack, minus aku. Aku tetap berada di tenda, tidak ikut, karena ku telah berjanji pada mahameru akan mengunjunginya dengan mengenakan toga. Setelah semua pergi dan tak terlihat lagi, aku kembali tidur.

28 Desember 2012

08.00  Terbangun gara-gara matahari menggedor-gedor sela-sela tenda dengan sinarnya. Perut terasa dangdutan. Menu makan pagi ini adalah indomi goreng dobel. Setelah perut kenyang, karena ga ada yang bisa di kerjain lagi, yaudah lanjut tidur.

11.00  Tim tiba di base camp kalimati. Mereka membawa berita menyenangkan bahwa mereka telah menaklukan Mahameru pada pukul 07.00 pagi. Tak beberapa lama kemudian mereka beranjak tidur, sebagai ganti tidur malam yang terhenti semalam.

15.05  Setelah puas tidur, tim packing dan beranjak menuju Ranu Kumbolo untuk mencumbui malam disana.

21.00 Larut malam menyelubungi segenap keindahan Ranu Kumbolo. Permukaannya menjadi sangat bersinar berkat pantulan cahaya sang satelit yang setia mendampingi bumi. Aku memutuskan untuk tidur beratapkan pemandangan indah ini, merasakan nyamannya bercengkrama dengan alam. Menyadari betapa indahnya jika Tuhan menciptakan keindahan.

29 Desember 2012

06.05     Pagi yang indah, tak terbantahkan.

12.15   Kembali menyusuri jalan berbatu di punggungan sempit, kali ini dengan truck. Terlihat banyak sekali     pendaki yang baru akan memulai petualangan mereka. Semua tampak bersemangat.

30 Desember 2012

17.13     Menjejakan kaki di Pulo Gadung. Back to rockin my life

2 comments:

  1. ah gimana si, masa kagak ikut summit lu ko

    ReplyDelete
  2. ada yg terlewatkan tuh.....kayaknya waktu team tiba di cemoro kandang kita semua bernyanyi riang gembira bersama

    ReplyDelete