Tuesday, June 25, 2013

Gowes Bandung - Jakarta

Jam menunjukan pukul 04.00 di kosan ku di Dayeuh Kolot, Bandung. Aku mengecek kembali kelengkapan untuk trip hari ini. Jersey sepeda bertuliskan “Giant”, celana padding, tas, sleeping bag, dan kotak perkakas, helm, semua telah komplit. Sembari menunggu azan subuh, aku mengelap helm kuning yang akan ku kenakan. Hari ini aku akan melakukan hal yang sedikit agak menyentuh ranah anti mainstream, aku akan bersepeda dari Bandung menuju Jakarta dengan memilih jalur Puncak, Bogor untuk ditempuh.
perbatasan Cianjur Bogor


Setelah Shalat subuh, sekitar pukul 05.00 aku memulai perjalanan ini. Hawa dingin pagi masih terasa di permukaan kulit. Dingin namun sejuk. Aku mulai melewati jalan Soekarno-Hatta Bandung. Toko-toko yang masih tutup, langit yang mulai membiru dari keadaan semula yang hitam dan lengang jalan aspal menjadi pemandangan dengan kenikmatan tersendiri. Jalanan mendatar dengan variasi tanjakan yang tidak terlalu berarti. Jalan dengan kecepatan 40km/jam membuat aku sampai di pasar Padalarang sekitar pukul 06.00.

Mampir sebentar untuk beli air mineral di Alfamart, pedal kembali ku genjot. Tak beberapa lama aku sudah sampai di Situ Ciburuy. Sebuah kendala terjadi di tanjakan setelah Situ Ciburuy. Gear set mendadak macet, rantai sepeda tidak bisa berpindah ke chainring yang lebih kecil. Untung aku sudah mempersiapkan alat-alat perbengkelan. Setelah beberapa saat aku oprek sendiri, akhirnya gear set itu bisa bekerja kembali walau tidak selancar dalam keadaan biasa.

Medan berikutnya adalah berupa turunan yang berliku di daerah Cipatat hingga Rajamandala dengan debu-debu nya yang khas daerah kapur. Kondisi rem yang prima mutlak harus dipenuhi pada medan ini. Karena track yang terus menurun membuat aku cepat sampai di perbatasan Cianjur yang ditandai dengan gerbang  Madani. Aku beristirahat dan sarapan bubur ayam yang berjualan di pinggir jalan untuk menambah tenaga. Beberapa kilometer di depan, trek akan didominasi oleh jalan aspal yang landai.
pemandangan di tepi sawah Ciranjang

Sekitar pukul 10.00 sampailah sepedaku di Cianjur setelah sebelumnya melewati Ciranjang yang berkontur jalan landai. Udara sangat panas karena matahari mulai bergeser ke arah tegak lurus dengan bumi Indonesia. Sebelum melanjutkan ke arah Puncak, aku menyempatkan diri untuk minum es kelapa muda di pinggir jalan. Nikmatnya terasa dua kali lipat akibat pengaruh lelah dan udara yang panas.
gerbang madani


Selepas Cianjur, track mulai menanjak. Track seperti ini akan berakhir di Puncak pas. Shifter menunjukan angka terendah untuk chain rings dan sprocket. Di track ini aku bertemu beberapa goweser lain, baik yang menuju puncak maupun turun ke arah Cianjur. Aku sempat gowes bersama dua orang goweser dari Sukabumi. Kami bertemu di daerah Cigeunang. Tujuan mereka adalah Taman Bunga. Beberapa kali kami beristirahat karena memang kondisi fisik yang mulai letih dihajar tanjakan. Kami berbagi pengalaman dan cerita seputar sepeda disela-sela istirahat. Akhirnya kami berpisah sebelum sampai Istana Cipanas.

Selepas Cipanas tenagaku benar-benar mendekati nol. Entah berapa kali sepeda ku tuntun. Bagian paha pun memberikan respon dengan menciptakan rasa sakit. Yang bisa kulakukan hanya gowes perlahan, yang terpenting cepat melewati daerah ini karena aku hafal betul jalan ini, sebentar lagi adalah Puncak pas.

Restaurant Rindu Alam mengintip di kelokan jalan pertanda ujung dari tanjakan panjang di jalur ini. Aku semakin bersemangat memacu sepedaku. Dan, yeeeeah…. akhirnya aku sampai di Puncak Pas sekitar pukul 02.00 siang, yang menandakan akhir dari tanjakan panjang ini. Aku beristirahat di lahan parkir di sebelah restaurant Rindu Alam, spot favorit pelancong yang melintasi puncak dimana kita akan menyaksikan hamparan perkebunan the dan pemandangan kota nun jauh di sana jika cuaca cerah. Aku menyalakan sebatang Rokok dan memesan segelas teh manis sambil melihat pemandangan.
parkiran Rindu Alam

kemacetan kawasan puncak

Tugu Kujang, Bogor
puncak pas


Setelah istirahat dirasa cukup, aku melanjutkan perjalanan. Track selanjutnya berupa turunan menuju Bogor. Di dekat pintu masauk spot paragliding, jalan dipenuhi oleh mobil-mobil yang antri karena jalanan macet akibat buka tutup jalur. Ada kepuasan terselip dalam keadaan seperti ini. Biar mereka tahu sesaknya bermacet ria. Biar mereka sadar akan pentingnya efisiensi energi tak terbarukan. Sepedaku melaju lincah disela-sela kemacetan. Biarlah sepedaku memberi pemahaman tanpa kalimat kepada mereka yang berada di dalam mobil.

Aku melesat tanpa hambatan yang berarti menuruni kawasan Puncak, melewati Cisarua, Cipayung, hingga sampai di Gadog. Perut tak bisa kompromi lagi dan harus diisi. Aku berhenti sejenak di sebuah warung makan Padang. Nasi rendang dan teh manis begitu nikmat terasa. Perjalanan ku lanjutkan setelah perut kenyang. Sampailah aku di Bogor sekitar pukul 04.0 sore.

Sekitar pukul 05.00 sore aku berada di daerah Parung. Tak terasa perjalanan ini sudah memakan waktu 12 jam. Awan terlihat mendung, dan tak berapa lama hujan dengan intensitas sedang pun turun. Merasa tanggung, akupun mulai menggowes lagi setelah hujan sedikit mereda. Cipratan air mulai membuat noktah-noktah kecil di bajuku namun aku mulai tidak peduli.

Akhirnya sekitar pukul 08.00 malam aku sampai di rumahku di daerah Srengseng, Jakarta Barat. Total waktu tempuhku sekitar 15 jam. Ada rasa puas tersendiri di dalam hati setelah menaklukan tantangan pribadi untuk gowes dari bandung sampai Jakarta. Pencapaian ini memacuku untuk melakukan trip lainnya. Semoga masih bisa.  

1 comment: