Wednesday, December 12, 2012

Pelajaran dari Pendakian


    Bagi sebagian orang kegiatan outdoor seperti mendaki gunung, rock climbing, rafting, dan lain sebagainya adalah kegiatan yang tidak wajar, ekstrem, atau bahkan kegiatan yang membuang-buang waktu, uang , atau tenaga. Tapi bagi para penggiatnya, kegiatan ini bagai oasis di tengah gurun rutinitas yang siap menjanjikan dorongan adrenalin yang menjalar disetiap urat urat nadi yang haus akan tantangan dan ketegangan yang menghasilkan kepuasan tersendiri dalam sanubari. Jika kita adalah seorang pengambil hikmah yang ulung, maka kita akan menemukan begitu banyak esensi kehidupan dalam kegiatan outdoor, katakanlah mendaki gunung.


                Sebelum mendaki gunung seseorang mau tidak mau harus melakukan perencanaan yang matang yang meliputi perizinan, peralatan, logistik, dan lain sebagainya agar pendakian berjalan dengan lancar. Semua resiko harus diperhitungkan dan mempersiapkan strategi untuk mengatasinya. Sama halnya didalam kehidupan, sadar atau tidak kita pasti punya rencana unuk hidup kita. Mungkin sebagian orang menyebutnya target, atau bahkan cita-cita. Apapun namanya alam bawah sadar kita mendorong raga untuk melakukan hal yang dapat mewujudkan rencana hidup kita.


                Ketika kita mulai untuk mendaki berarti saatnya kita menjalankan rencana yang telah kita buat. ada rencana yang santai, ataupun yang ketat tergantung keinginan dan tujuan kita. Rencana itu meliputi jam berapa kita harus bangun, kapan kita harus makan, berapa menit kita istirahat, dan lain sebagainya. Tentunya kedua rencana itu mempengaruhi waktu tempuh kita untuk sampai di puncak. Waktu tempuh disini jika kita kaitkan dengan kehidupan berarti waktu tempuh kita untuk mencapai kesuksesan.
                Namun didalam pendakian, rencana yang kita buat tak selalu berjalan dengan mulus meski kita telah melakukan persiapan secara mendetail seperti mempersiapkan peralatan lengkap dan safety, perbekalan yang sehat dan mencukupi, dan kemampuan pendakian kita yang mumpuni. Mungkin alam punya kehendak lain. Resiko seperti kecelakaan, sapuan badai, tanah longsor, gempa bumi, gas beracun, atau tersesat merupakan resiko-resiko yang tak kita duga yang bisa serta merta menghampiri kita. Dalam kehidupan pun tak jarang kita terkena musibah atau tersesat dalam lubang hitam. Oleh karena itu kita diperkenalkan dengan ilmu survival dengan peta dan kompas di tangan. Kembali kita dituntut untuk kembali ke jalur yang benar untuk menuju puncak, atau jalan lain yang bisa sampai kesana. Dalam kehidupan kemampuan tersebut sangat dibutuhkan.


                Namun, di tengah perjalanan tak selalu menyeramkan. Di tengah perjalanan kita bisa melihat indahnya pemandangan hijau yang asri, kicauan burung-burung, awan dan bintang yang bergemintang, rembulan yang penuh kala malam, sunset yang memerah  menyelip diantara dedaunan, suara-suara alam yang menjelma bak suara symphony orchestra ciptaan tuhan, atau gemericik sungai yang menyegarkan. Ketika kita mendirikan camp, canda tawa ditengah hangatnya seduhan kopi serta sentuhan sahabat-sahabat menjadi pelengkap keindahan malam. Dalam kehidupan nyata keindahan-keindahan itu bisa jadi adalah cinta dan kasih sayang. Sesuatu yang sangat indah dirasakan namun bisa juga menghambat pendakian kita. Keadaan idealnya adalah kita mencapai puncak diiringi kebahagiaan-kebahagian tersebut.
                Saat kita mencapai puncak, ingatlah kita pernah di bawah dan kita harus kembali ke bawah meninggalkan semua keindahan-keindahan yang kita hirup setelah perjuangan berat sebelumnya. Kemenangan terasa indah setelah jalan terjal berat kita lalui sebelumnya. Sangat manis, sangat cantik. Tapi tak selalu puncak yang kita inginkan dapat kita raih. Kadang kita harus mengurungkan niat kita karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan atau kondisi fisik yang kurang persiapan. Dititik inilah ilmu ikhlas kita diuji. Dan kita dapat memetik pelajaran bahwa tak semua yang kita inginkan dan kita usahakan sekuat tenaga dapat kita raih. Masih ada puncak indah lainnya yang menunggu untuk kita sambangi. Dan tak bisa dikesampingkan pula, yang membuat indah pendakian adalah kehadiran sahabat atau orang special di samping kita. Tempat kita berbagi keindahan dan teman yang melalui resiko serta tantangan bersama.


                Namun pelajaran pelajaran tersebut rasanya kontradiktif bagi kebanyakan pendaki, dan tidak menutup kemungkinan kita juga. Mungkin dalam kehidupan nyata efek yang ditimbulkan dari tindakan kita tak langsung di rasakan dalam waktu dekat sebagaimana jika kita melakukan hal yang salah dalam pendakian sehingga esensi yang terdapat didalamnya tidak maksimal kita aplikasikan. Ini menjadi tantangan dan bahan pemikiran kita bersama, para pendaki. Bisakah hal-hal hebat yang kita lakukan didalam pendakian dapat kita aplikasikan esensinya dalam kehidupan sehari-hari? 

No comments:

Post a Comment