Bagi sebagian
orang kegiatan outdoor seperti mendaki gunung, rock climbing, rafting, dan lain
sebagainya adalah kegiatan yang tidak wajar, ekstrem, atau bahkan kegiatan yang
membuang-buang waktu, uang , atau tenaga. Tapi bagi para penggiatnya, kegiatan
ini bagai oasis di tengah gurun rutinitas yang siap menjanjikan dorongan
adrenalin yang menjalar disetiap urat urat nadi yang haus akan tantangan dan
ketegangan yang menghasilkan kepuasan tersendiri dalam sanubari. Jika kita adalah
seorang pengambil hikmah yang ulung, maka kita akan menemukan begitu banyak
esensi kehidupan dalam kegiatan outdoor, katakanlah mendaki gunung.
Sebelum
mendaki gunung seseorang mau tidak mau harus melakukan perencanaan yang matang
yang meliputi perizinan, peralatan, logistik, dan lain sebagainya agar
pendakian berjalan dengan lancar. Semua resiko harus diperhitungkan dan mempersiapkan
strategi untuk mengatasinya. Sama halnya didalam kehidupan, sadar atau tidak
kita pasti punya rencana unuk hidup kita. Mungkin sebagian orang menyebutnya
target, atau bahkan cita-cita. Apapun namanya alam bawah sadar kita mendorong
raga untuk melakukan hal yang dapat mewujudkan rencana hidup kita.
Ketika
kita mulai untuk mendaki berarti saatnya kita menjalankan rencana yang telah
kita buat. ada rencana yang santai, ataupun yang ketat tergantung keinginan dan
tujuan kita. Rencana itu meliputi jam berapa kita harus bangun, kapan kita
harus makan, berapa menit kita istirahat, dan lain sebagainya. Tentunya kedua
rencana itu mempengaruhi waktu tempuh kita untuk sampai di puncak. Waktu tempuh
disini jika kita kaitkan dengan kehidupan berarti waktu tempuh kita untuk
mencapai kesuksesan.
Namun
didalam pendakian, rencana yang kita buat tak selalu berjalan dengan mulus
meski kita telah melakukan persiapan secara mendetail seperti mempersiapkan
peralatan lengkap dan safety, perbekalan yang sehat dan mencukupi, dan
kemampuan pendakian kita yang mumpuni. Mungkin alam punya kehendak lain. Resiko
seperti kecelakaan, sapuan badai, tanah longsor, gempa bumi, gas beracun, atau
tersesat merupakan resiko-resiko yang tak kita duga yang bisa serta merta
menghampiri kita. Dalam kehidupan pun tak jarang kita terkena musibah atau
tersesat dalam lubang hitam. Oleh karena itu kita diperkenalkan dengan ilmu
survival dengan peta dan kompas di tangan. Kembali kita dituntut untuk kembali
ke jalur yang benar untuk menuju puncak, atau jalan lain yang bisa sampai
kesana. Dalam kehidupan kemampuan tersebut sangat dibutuhkan.
Namun,
di tengah perjalanan tak selalu menyeramkan. Di tengah perjalanan kita bisa
melihat indahnya pemandangan hijau yang asri, kicauan burung-burung, awan dan
bintang yang bergemintang, rembulan yang penuh kala malam, sunset yang memerah menyelip diantara dedaunan, suara-suara alam
yang menjelma bak suara symphony orchestra ciptaan tuhan, atau gemericik sungai
yang menyegarkan. Ketika kita mendirikan camp, canda tawa ditengah hangatnya
seduhan kopi serta sentuhan sahabat-sahabat menjadi pelengkap keindahan malam.
Dalam kehidupan nyata keindahan-keindahan itu bisa jadi adalah cinta dan kasih
sayang. Sesuatu yang sangat indah dirasakan namun bisa juga menghambat
pendakian kita. Keadaan idealnya adalah kita mencapai puncak diiringi
kebahagiaan-kebahagian tersebut.
Saat
kita mencapai puncak, ingatlah kita pernah di bawah dan kita harus kembali ke bawah
meninggalkan semua keindahan-keindahan yang kita hirup setelah perjuangan berat
sebelumnya. Kemenangan terasa indah setelah jalan terjal berat kita lalui
sebelumnya. Sangat manis, sangat cantik. Tapi tak selalu puncak yang kita
inginkan dapat kita raih. Kadang kita harus mengurungkan niat kita karena
kondisi cuaca yang tidak memungkinkan atau kondisi fisik yang kurang persiapan.
Dititik inilah ilmu ikhlas kita diuji. Dan kita dapat memetik pelajaran bahwa
tak semua yang kita inginkan dan kita usahakan sekuat tenaga dapat kita raih.
Masih ada puncak indah lainnya yang menunggu untuk kita sambangi. Dan tak bisa
dikesampingkan pula, yang membuat indah pendakian adalah kehadiran sahabat atau
orang special di samping kita. Tempat kita berbagi keindahan dan teman yang
melalui resiko serta tantangan bersama.
Namun
pelajaran pelajaran tersebut rasanya kontradiktif bagi kebanyakan pendaki, dan
tidak menutup kemungkinan kita juga. Mungkin dalam kehidupan nyata efek yang
ditimbulkan dari tindakan kita tak langsung di rasakan dalam waktu dekat
sebagaimana jika kita melakukan hal yang salah dalam pendakian sehingga esensi
yang terdapat didalamnya tidak maksimal kita aplikasikan. Ini menjadi tantangan
dan bahan pemikiran kita bersama, para pendaki. Bisakah hal-hal hebat yang kita
lakukan didalam pendakian dapat kita aplikasikan esensinya dalam kehidupan
sehari-hari?
No comments:
Post a Comment