Tuesday, September 20, 2011

Segaris petualangan di Nusakambangan


Ketika mendengar kata Nusakambangan mungkin yang terlintas dibenak anda adalah sebuah pulau dimana para penjahat kelas berat dihukum, atau mungkin dipikiran anda tergambar sebuah tempat antah berantah yang kejam dan pantas dijadikan tempat merenung para narapidana terkejam negeri ini. Tapi di balik pencitraan yang menyeramkan atas nama Nusakambangan tersimpan sebuah misteri tentang potensi alam di pulau ini.
Nusakambangan merupakan sebuah pulau kecil yang berada di sebelah selatan pulau jawa, tepatnya berada di kabupaten cilacap. Pulau ini merupakan daerah karst yang mempunyai potensi yang sayang jika tidak dieksplor. Di kawasan ini juga terdapat goa yang terbentuk secara alami yang jumlahnya cukup banyak dan belum banyak di ketahui oleh orang. Ke wilayah inilah Astacala membuat sejarahnya dengan mengadakan ekspedisi caving. Mencoba untuk memetakan sebagian goa yang ada di sana.
Pagi itu tim ekspedisi telah tiba di stasiun Maos. Dengan ransel besar dan pelampung dijinjing, mereka beranjak untuk melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Klaces untuk menyambangi perahu yang akan mengantarkan mereka ke Nusakambangan. Sekitar dua jam perjalanan menggunakan perahu yang disebut “sompreng” oleh penduduk setempat, diisi dengan senda gurau tim untuk mencairkan ketegangan.
Dari kejauhan terlihat sebuah dermaga yang ditengahnya terlihat sosok yang dikenal. Sesampainya di dermaga tersebut tim langsung menuju basecamp pusat yang merupakan rumah seorang warga, bapak Narsid namanya. Sambutan yang sangat hangat tersaji di tengah-tengah lelah setelah perjalanan yang cukup jauh. Sesuai rencana operasional, tim berangkat ke goa-goa yang telah ditentukan. Tim dipecah menjadi dua tim kecil untuk efisiensi.
Matahari perlahan turun ke peraduannya ketika tim bersiap untuk memasuki goa. Nyanyian alampun mengiringi aktivitas para penyusur goa yang mencoba menyingkap misteri di dalam bumi. Setelah semua siap, tim mulai memetakan goa langkah demi langkah. Guano, kelelawar, dan kegelapan goa bergantian menyambut mereka. Ditengah kegiatan tak jarang tim di suguhi keindahan ornamen goa yang bisa jadi penawar suasana gelap yang ada. Keindahan yang diciptakan sang maha besar di tengah kekelaman perut bumi. Disaat tubuh mulai lelah, bekal yang dibawa di santap bersama di selingi celoteh celoteh kecil. Perut terisi, semangatpun kembali lagi. Setelah pemetaan dirasa cukup, timpun keluar dengan kecerahan. Disambut tim base camp yang telah menyediakan sajiann pengganjal perut pemberi tenaga karena tak lama kemudian tim harus berpindah ke lokasi goa selanjutnya. Hari demi hari mereka lalui dengan aktivitas yang sama. Meski demikian kelakar dan keakraban menjadi obat jitu pengusir kebosanan.
Semua goa telah terpetakan, keindahanpun telah puas ternikmati. Tugas selesai, tapi masih ada satu hari sebelum beranjak pulang. Waktu ini dimanfaatkan tim sebaik-baiknya untuk mengendurkan urat-urat yang beberapa hari kemarin berjibaku. Lumpur yang melekat di alat-alat penelusuran di lenyapkan. Berjalan mengitari pedesaan sembari menikmati keindahannya dan mencoba membandingkannya dengan kota. Ikan-ikan yang berlompatan menggoda tim untuk memancingnya. Canda tawapun tak dapat dihindari antara anggota tim dan teman baru yang ikut mewarnai ekspedisi ini. Canda itu yang akan terlukis di dalam sanubari masing-masing anggota tim.
Mentaripun mengantarkan sang waktu menjempt kami. Menidurkan sang purnama yang tadi malam menerangi. Tiba saatnya untuk kembali pulang. Bapak Narsid sekeluarga mengantarkan kami sampai dermaga. Terbesit kekhawatiran akan tempat ini, entah kapan kembali. Keindahan, keramah tamahan, dan kenangan tempat ini akan tersimpan di dalam sejarah Astacala. Semoga generasi selanjutnya menghadirkan ekspedisi-ekspedisi selanjutnya. Membuat sejarah baru, dan terus membuat sejarah. Astacala…….!!!!!!



1 comment: